18 Mei 2013

Pulang (Lagi)

Orangnya baru pulang bertapa!. Terlalu lama untuk ukuran normal, tapi tak apalah daripada tak pulang sama sekali. Hayo, berilah selamat untuk orang ini!. :p

15 April 2011

Chuck [Bukan Sebuah Resensi]

Harus saya akui, akhir-akhir ini saya memang keranjingan nonton serial Chuck. Sebenarnya, saya bukanlah jenis orang yang bisa dikategorikan sebagai 'penggila' film, apalagi yang berjenis serial, jika ada perlombaan berapa banyak jumlah film atau serial sudah pernah ditonton, saya mungkin termasuk juru kunci dibanding beberapa kawan yang lain. Perkenalan saya dengan Chuck juga bukan karena memang lagi kepingin nonton film tapi semata-mata karena rasa penasaran melihat si Wawan, Sawing dan Mamet begitu menikmati serial itu. Ibarat orang yang sedang jatuh cinta, hari-hari mereka penuh dengan warna-warni Chuck berikut segala tetek-bengeknya. Melewati satu hari saja tanpanya berarti sama dengan melalui 100 tahun kesunyian. Meski harus menonton dengan hanya mengandalkan netbook milik Sawing, militansi mereka seperti tak berbatas. Barangkali ada semacam kesepakatan umum dibenak orang-orang ini bahwa ukuran layar adalah urusan nomor sekian dibanding keutamaan Chuck itu sendiri. Benar-benar jenis cinta yang keras kepala sodara-sodara!

3 April 2011

Mengembalikan Kopi (Hitam): Sebuah Pembelaan!


"Nowadays, you can do anything that you want—anal, oral, fisting—but you need to be wearing gloves, condoms, protection” (Slavoj Zizek)


“Iklan brengsek!”,  begitulah sumpah serapah yang spontan keluar dari mulutku saat melihat sebuah iklan di tv beberapa hari lalu. Tentu saja kedongkolan ini bukanlah yang pertama kali buatku, mengingat saya termasuk orang yang sering ngeri dengan iklan. Bukan apa-apa, tanpa perlu menunggu sampai khatam semua teori canggih nan njlimet ala Cultural Studies atau sejenisnya, cukup belajar dari pengalaman kita sehari-hari saja, saya kira tak terlalu sulit untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa terlampau banyak ‘tipuan’ dan manipulasi didalamnya, yang terus-menerus dipertontonkan untuk maksud-maksud yang sepenuhnya merugikan kita. Saya yakin se-yakin-yakinnya jika anda (dan kebanyakan orang lainnya) pernah mengalami kesialan-kesialan tragis akibat sikap taklid buta pada iklan – maaf, ini serius bukan lebay!.

19 Februari 2009

Subcomandante Marcos, Zapatista dan ‘Emancipatory Cosmopolitanism’



“Marcos adalah seorang gay di San Fransisco, berkulit hitam di Afrika Selatan, Seorang Asia di Eropa, seorang anarkis di Spanyol, seorang Palestina di Israel…seorang pencinta damai di Bosnia, seorang pemogok di serikat Buruh, seorang perempuan lajang di kereta metro pukul 10 malam….Marcos adalah semua kelompok minoritas yang dieksploitasi, dimarjinalisasi, dan ditindas, yang terus melawan dan berkata ‘Cukup Sudah!’”
[Subcomandante Marcos, Juru Bicara EZLN]

Intro
Kalimat diatas merupakan kutipan dari salah satu komunike yang ditulis Subcomandante Marcos, juru bicara Masyarakat adat Zapatista. Kutipan tersebut merupakan refleksi kritisnya yang menempatkan identitas sebagai ‘minoritas’ kedalam kategori ‘universal’, yakni pada apa yang ia sebut ‘perjuangan bermartabat’ – segenap perjuangan global demi kebebasan, kesetaraan dan demokrasi. Bagi Marcos, ketiga nilai dasar kemanusiaan tersebut menjadi macet dan kehilangan aktualisasinya–memarjinalisasi manusia (secara individual maupun kelompok) menjadi ’minoritas’—karena logika pasar beserta sejumlah kredo politik-ekonomi-sosial budaya telah menjadi basis tunggal bagi berjalannya tatanan global (neoliberalisme); sebuah bentuk otoritas politik baru yang bukan saja mensubordinasi tetapi juga mengekslusi dirinya dari bentuk dan cara hidup ’lain’ yang berserakan disekujur bumi.

15 Mei 2008

Marxisme, Critical Theory dan Hubungan Internasional

Dalam studi ilmu-ilmu Sosial membahas perspektif Marxisme dan Teori Kritis secara bersamaan, berarti menganalisis sebuah bangun pemikiran (school of thoughts) yang memiliki kecenderungan sama; baik akar filsafatnya, karakter pemikirannya, dan proyek masa depan yang bersifat emansipatoris. Dalam kategori Femia, Teori Kritis ditempatkan sebagai ‘kelanjutan’ dari Marxisme [orthodoks], bukan hanya karena para pemikir teori kritis banyak menggunakan kritik Marx terhadap kapitalisme (konsep keterasingan dan fethisisme) melainkan tetap juga memiliki kepentingan (sama dengan Marxisme melalui revolusi proletariat) untuk mengemansipasi struktur sosial yang timpang tersebut (Femia, 2001). Sementara itu, Fakih menempatkan kedua perspektif tersebut kedalam apa yang disebut ‘teori ilmu sosial kritik’ (Fakih, 2001).
Tulisan ini akan mencoba mengurai dasar-dasar pemikiran Marxisme, bagaimana perkembangannya yang ‘melahirkan’ Teori Kritis, dan bagaimana keduanya menganalisis Studi Hubungan Internasional, berikut persamaan dan perbedaannya. Menempatkan Teori Kritis sebagai ‘kelanjutan’ dari Marxisme, bagi penulis adalah penting, selain karena kedua perspektif tersebut memiliki keterhubungan, dalam konteks HI pun, Istilah ‘Teori Kritis’ juga digunakan oleh para ilmuawan HI untuk menjelaskan sejumlah perspektif yang didalamnya termasuk; Marxisme, Teori Kritis Mazhab Frankfurt, dan Teori Kritis yang dekat dengan pemikiran-pemikiran Gramsci [Neo-Gramscian] (Griffiths, 2001; Sterling-Folker, 2005).

3 September 2006

Bukan Sekedar Memaki

Rupanya, tak ada yang benar-benar beres dinegeri ini. Berkali-kali kita dibuat terluka oleh peringai mereka yang biasa menyebut dirinya “pemilik negara”, hampir bisa dipastikan tak ada kosakata "rakyat" dalam kamus mereka. Lucunya, prilaku ini seperti mendapat tempat dimana-mana, tanpa malu dan tanpa rasa. Bahkan untuk sebuah institusi bernama kesehatan sekalipun, tempat dimana setiap orang semestinya diperlakukan dengan baik, sebab mereka pantas untuk itu.

Rumah Sakit yang sesungguhnya menjadi tempat bagi setiap pasien untuk berobat dan mencari kesembuhan, ternyata tak lebih dari sarang segala penyakit. Bayangkan, hampir sulit mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang baik ditempat ini, apalagi jika anda orang miskin dan tak punya uang. Belum lagi, birokrasi yang berbelit-belit, selalu dipersulit dan diagnosa dokter yang sering salah. Maka, tak perlu terheran-heran jikalau anda menemukan orang yang sakitnya bertambah parah bahkan nyawanya harus melayang beberapa saat sepulang dari rumah sakit.

21 Agustus 2006

Rampas Kembali Hidupmu!

Seharian tadi kutemani Salas mencari kasur baru untuk tempat kostnya, ternyata selain banjir, musim penghujan juga membawa bencana ‘kecil’ terhadap mahasiswa perantauan seperti kami yang tak memiliki banyak uang untuk menyewa tempat hunian yang relatif lebih layak. Sebuah kos-an yang paling tidak, bebas dari ancaman kemasukan hujan gara-gara atap yang bolong akibat konstruksi rumah yang ‘asal-asalan’. Rupanya, hujan yang terus-menerus selama tiga hari di kota ini membawa ‘bencana kebocoran’ di tempat kostnya (seorang kawan yang menurutku sangat enerjik dan masih punya cukup smangat ditengah-tengah kondisi hidupnya yang telah ‘berkepala dua’), hingga beberapa perabotan super sederhana miliknya rusak akibat terkena genangan air termasuk kasurnya yang sudah berkarat itu. Bukan namanya Salas kalo gak pernah sigap dan cekatan menghadapi kondisi segenting apapun, akhirnya ia memilih untuk pindah ke kamar sebelahnya yang kebetulan kosong dan sudah ditinggalkan oleh penghuninya beberapa hari sebelumnya, tentunya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada bapak kosnya.